Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro
<p align="justify"><strong><img style="float: left; width: 190px; margin-top: 8px; margin-right: 10px;" src="https://jurnal.fk.untad.ac.id/public/site/images/admin/medpro.png" height="264" /></strong></p> <p align="justify"><strong><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">Jurnal Medical Profession (Medpro) </span></span></strong><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">adalah </span></span><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">p</span></span>eer-reviewed jurnal dalam bidang Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang menerbitkan artikel penelitian, literature review dan laporan kasus. Jurnal MedPro mencakup Ilmu Kedokteran, Ilmu Biomedis, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Management dan Pelayanan Kesehatan, Asuransi Kesehatan, Kebidanan, Keperawatan dan bidang kesehatan lainnya.</p> <p align="justify">Dikelolah oleh Fakultas Kedokteran dengan Penerbit Universitas Tadulako. <a href="http://u.lipi.go.id/1542958954" target="_blank" rel="noopener">P-ISSN: <span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">2656-761X</span></span></a> and <a href="http://u.lipi.go.id/1542958954" target="_blank" rel="noopener">e-ISSN </a><a style="text-decoration: NONE;" href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&&&&&2655-7584" target="baru">2655-7584</a>.</p> <p align="justify"><strong><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">Jurnal Medical Profession (Medpro)</span></span> </strong>terbit 4 kali dalam setahun.</p>Universitas Tadulakoen-USJurnal Medical Profession (Medpro)2655-7584KONSERVATIF TREATMENT PADA EPIDURAL HEMATOMA : STUDI KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1684
<p><strong><em>Pendahuluan:</em></strong><em> Epidural hematoma (EDH) merupakan perdarahan intrakranial yang sering terjadi akibat trauma kepala. Penyebab </em><em>EDH yaitu robeknya pembuluh darah dural salah satunya yang tersering adalah arteri meningea media.</em><em> EDH lebih sering terjadi pada anak dibandingkan orang dewasa karena banyaknya vaskularisasi diploik dan dural pada anak. Diagnosis ditegakkan dari </em><em>temuan klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana pasien EDH disesuaikan dengan indikasi pasien yang umumnya dilakukan dengan pembedahan untuk mengevakuasi perdarahan.</em></p> <p><strong><em>Laporan Kasus:</em></strong><em> Laporan kasus ini menjelaskan tentang anak laki-laki berusia 17 tahun yang mengalami trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran namun mengeluhkan nyeri kepala, mual dan muntah. Temuan klinis menunjukkan skor GCS 15 dan hemodinamik stabil. CT-scan kepala menunjukkan lesi hiperdens bentuk bikonveks dengan perkiraan volume perdarahan 28cc, midline terdorong >5mm dan </em><em>garis fraktur calvaria</em><em>. Keluarga pasien menolak tindakan operasi kraniotomi sehingga pasien hanya diberi terapi konservatif namun tetap memberikan perbaikan klinis yang signifikan.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan:</em></strong><em> Terapi konservatif pada EDH dengan GCS 15, hemodinamik stabil, perkiraan volume perdarahan 28cc dan pergeseran midline >5mm tanpa dilakukan operasi kraniotomi memberikan perbaikan klinis yang baik.</em></p>Anggie Anggraini PagenoMuhammad Ardi MunirRahmaSuldiah
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763206211LIKEN AMILOIDOSIS : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1685
<p><strong><em>Pendahuluan:</em></strong> <em>Liken amiloidosis adalah </em><em>sub</em><em>tipe amiloidosis kutaneus yang</em><em> ditandai dengan pengendapan protein </em><em>amiloid </em><em>di kulit tanpa melibatkan organ dalam. Deposit amiloid umumnya terbatas di dermis dan kemungkinan karena kerusakan epidermis</em><em> akibat garukan dan gesekan kulit </em><em>berkepanjangan menyebabkan pengendapan amiloid dermal. Manifestasi klinis berupa papul hiperpigmentasi multiple berwarna kecoklatan bergabung membentuk plak hiperkeratotik, diskret disertai rasa gatal yang intens. Terapi liken amiloidosis umumnya tidak memuaskan dan sering terjadi kekambuhan, sehingga penanganan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien.</em></p> <p><strong><em>Laporan kasus:</em></strong><em> Laporan kasus ini tentang sorang perempuan usia 40 tahun dengan keluhan muncul</em><em> bintik-bintik </em><em>ke</em><em>coklatan pada kedua tungkai disertai rasa gatal sejak</em><em> 7 tahun </em><em>yang lalu.</em> <em>Awalnya</em> <em>bintik-bintik kecil berwarna merah muda </em><em>tungkai bawah</em><em> kiri, akibat garukan yang terus menerus secara perlahan bintik-bintik tersebut meluas mengenai tungkai bawah kanan</em><em>. Status dermatologis didapatkan papul </em><em>hiperpigmentasi multipel </em><em>berukuran </em><em>miliar berbatas tegas tersebar diskret</em><em> di regio </em><em>cruris bilateral sisi anterior</em><em> hingga posterior. </em></p> <p><strong><em>Kesimpulan : </em></strong><em>Liken amiloidosis merupakan amiloidosis kutaneus yang relative jarang terjadi namun ditemukan di negara Asia Tenggara. Penyebab liken amiloidosis belum diketahui secara pasti. </em></p>Adibah Aliyah ArsyadAsrawati SofyanAmirah Basry
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763212217OSTEOSARKOMA PADA ANAK BERUSIA 18 TAHUN: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1686
<p><strong><em>Pendahuluan : </em></strong><em>Osteosarkoma muncul dari sel mesenkim dan ditandai dengan area pertumbuhan tulang yang tidak normal.Osteosarcoma dapat terjadi pada tulang apapun, biasanya pada ekstremitas tulang panjang dekat lempeng pertumbuhan metafise. Tempat yang paling umum adalah femur (42% dan sebesar 75% di femur distal), tibia (19% dan sebesar 80% di tibia proksimal), dan humerus (10% dan sebesar 90% di humerus proksimal). Lokasi penting lainnya adalah tengkorak dan rahang (8%) dan panggul (8%).Insiden osteosarkoma menunjukkan distribusi usia bimodal, dengan puncak awal pada masa remaja (0,8-1,1/100.000/tahun pada kelompok usia 15-19 tahun) yang bertepatan dengan lonjakan pertumbuhan pubertas; puncak kedua pada dekade ketujuh dan kedelapan kehidupan sering kali merupakan keganasan sekunder, atau terkait dengan penyakit Paget.Menurut World Health Organization insiden Osteosarkoma pada populasi adalah 4-5 per juta penduduk per tahun. Bila penduduk Indonesia saat ini (2019) 268 juta orang, maka mencapai 1.072-1.340 pasien baru per tahun. Insiden meningkat menjadi 8-11 kasus per 1 juta penduduk per tahun pada usia 15-19 tahun.Tanda dan gejala khas osteosarcoma adalah nyeri lokal yang diikuti dengan pembengkakan lokal dan pergerakan sendi yang terbatas, sementara fraktur patologis di lokasi penyakit adalah kejadian yang jarang terjadi. Oteosarcoma adalah kanker yang sangat bermetastasis. Metastasis Osteosarcoma secara istimewa terlokalisasi di jaringan paru-paru dengan tulang jauh dan kelenjar getah bening sebagai lokasi paling umum kedua.</em></p>Nila SariMuhammad Ardi MunirAmirah Basry
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763218223WANITA 28 TAHUN DENGAN MEIG’S SINDROM : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1687
<p><strong><em>Pendahuluan: </em></strong><em>Sindrom Meigs adalah salah satu penyakit ginekologi langka yang didefinisikan sebagai tumor ovarium jinak yang disertai dengan asites dan efusi pleura. Kejadian sindrom meig’s paling banyak pada wanita lebih dari 40 tahun yang sudah mengalami menopause dan angka kejadiannya sangat jarang pada wanita usia dibawah 30 tahun dan pada wanita yang belum menopause. Tatalaksana dari sindrom meig’s terdiri dari pengobatan simptomatik dan pengobatan kuratif berupa laparatomi atau laparaskopi.</em></p> <p><strong><em>Laporan Kasus: </em></strong><em>Pada laporan kasus ini membahas mengenai wanita berusia 28 tahun yang mengeluhkan adanya benjolan di area perut. Keluhan disertai dengan sesak napas dan nyeri pada bagian dada. Riwayat haid tidak teratur dan pasien belum mengalami menopause. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan adanya massa pada perut kanan bawah. Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan massa ovarium teraba dengan ukuran sebesar bola basket, konsistensi keras berbatas tegas dan adanya nyeri tekan. Hasil foto thorax didapatkan adanya efusi pleura. Pasien dilakukan operasi laparatomi dan didapatkan adanya massa kistik dan cairan asites. Pemeriksaan patologi anatomi didapatkan gambaran teratoma matur ovari.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan: </em></strong><em>Kejadian sindrom meig’s pada wanita berusia < 30 tahun yang belum mengalami menopause sangat jarang ditemukan. Penegakkan diagnosis dan terapi yang tepat memberikan prognosis yang baik pada pasien yang mengalami sindrom meig’s.</em></p>Stephany Angelina WuisamAjutorFaridnanBudi Dharmono Tulaka
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763224229FRAKTUR HUMERUS DEXTRA 1/3 MEDIAL TERTUTUP
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1688
<p><strong><em>Latar Belakang: </em></strong><em>Fraktur merupakan penyebab tingginya angka kecacatan di seluruh dunia. Di Indonesia prevalensi kejadian fraktur masih cukup tinggi, salah satunya fraktur humerus yang sering disebabkan dari kecelakaan lalu lintas. Tindakan yang cepat dan tepat dalam menangani fraktur menjadi hal utama yang perlu diperhatikan, agar menghindari terjadi komplikasi yang tidak diinginkan yaitu itu berupa kecacatan hingga kematian.</em></p> <p><strong><em>Laporan kasus: </em></strong><em>Pasien laki-laki usia 27 tahun masuk rumah sakit Undata dengan keluhan lengan kanan atas yang sulit di gerakkan akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami sudah kurang lebih 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien juga mengeluhkan nyeri dan pembengkakkan di lengan atas. Mekanisme trauma pasien mengendarai motor kemudian bertabrakan dengan motor lainnya dari arah yang berlawanan dan kemudian pasien terjatuh ke arah kanan dengan bahu yang terlebih dahulu membentur aspal, awalnya pasien sudah pernah melakukan perawatan di rumah sakit anutapura palu dan sudah dilakukan foto rontgen dan diberikan obat anti inflamasi, lalu pasien pulang paksa dan pasien melanjutkan ke dukun untuk dipijat. Pada ekstremitas superior regio brachii dextra, terdapat deformitas, pembengkakan, nyeri tekan, gerakan aktif dan pasif pada sendi elbow dan shoulder terbatas akibat deformitas.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan: </em></strong><em>Pasien ini didiagnosis dengan diagnosis Closed Fraktur Humerus Dextra 1/3 Medial, yang dilihat berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini dilakukan tatalaksana ORIF (Open Reduction Internal Fixation) karena masuk dalam indikasi dilakukan operasi tersebut yaitu tipe patah tulang yang tidak stabil yang tidak segaris atau non alignment.</em></p>Haris TataMuh. Rifal AuliaTri SetyawatiJenny SampeSofyan Bungalo
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763230235DEMAM BERDARAH DENGUE: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1689
<p><em>Demam Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2–7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan</em><em> seperti</em><em> penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia).</em> <em>Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata</em><em>. Pasien </em><em>anak laki-laki berusia 8 tahun 11 bulan diantar ibunya ke RS dengan keluhan demam.</em><em> Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan </em><em>Suhu</em> <em>3</em><em>8</em><em>,</em><em>0</em><em><sup>0</sup></em><em>C</em><em> dan </em><em>Denyut</em> <em>Nadi</em> <em>1</em><em>20</em><em> x/menit</em><em>. Pada pemeriksaan laboratorium diperoleh hasil HGB 10,0 g/dl, HCT 32,5 %, Trombosit 170 x 103/uL, WBC 4,9 x 103/uL )</em><em>.</em><em> Tatalaksana awal pada kasus ini </em><em>bersifat simtomatis dan suportif</em><em>.</em></p>Mega Dwi Andani EngkaAry AnggaraVera Diana TowidjojoNur SyamsiFauziah Agni
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763236240DERMATITIS KONTAK ALERGI : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1690
<p><strong><em>Pendahuluan:</em></strong><em> Dermatitis kontak alergi adalah peradangan yang terjadi pada kulit akibat pajanan atau kontak dengan bahan yang bersifat alergen, yang mana akan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe IV. Manifestasi klinis DKA bervariasi dari eritematosa makula, pembengkakan, papulovesikel, hingga bula dan ulkus.</em></p> <p><strong><em>Laporan Kasus:</em></strong><em> Seorang pasien perempuan berumur 25 tahun masuk rumah sakit dengan Awalnya muncul bentol kemerahan yang terasa gatal berukuran kecil seperti jerawat dan lama kelamaan menyebar pada bagian wajah sebelah kiri, keluhan tersebut muncul setelah pasien mengganti produk kosmetik yang dipakainya. Saat berhenti menggunakan produk kosmetik, keluhan dirasa berkurang.Tidak ada yang mengalami keluhan serupa di lingkungan tempat tinggal pasien. Pasien memiliki riwayat pernah terkena cacar air pada usia muda.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan:</em></strong><em> Prinsip penatalaksanaan pasien ini adalah memberikan kortikosteroid topikal, pengobatan simptomatik dan terpenting untuk menghindari alergen penyebab terjadinya reaksi alergi.</em></p>Sri Naharindah N SSukma AnjayaniAsrawati SofyanJunjun FitrianiAry Anggara
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763241245PENGARUH BODY MASS INDEX (BMI) IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING BALITA 0-59 BULAN : SEBUAH KAJIAN PUSTAKA
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1694
<p><strong><em>Latar Belakang : </em></strong><em>Stunting merupakan gangguan tumbuh kembang yang dialami oleh balita. Masalah kekurangan gizi pada anak termasuk stunting sangat berkaitan dengan faktor ibu, seperti keadaan gizi ibu pada saat remaja dan hamil serta praktek pemberian makan bayi oleh Ibu. Ibu dengan perawakan pendek, pendidikan, kehamilan terlalu dini, jumlah anggota rumah tangga sangat berkaitan dengan kejadian stunting. </em></p> <p><em><strong>Metode : </strong>Metode Penelitian yang digunakan adalah literature review yang diolah berdasarkan jurnal akademis yang didapatkan dari PubMed, Google Scholar dan BMC Public Health. </em></p> <p><em><strong>Kesimpulan : </strong>Body mass index (BMI) ibu, baik itu BMI selama hamil ataupun sebelum hamil berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita usia 0-59 bulan.</em></p>Ketut SuarayasaAnnita DzulhijjahDion Solli Ruruk TipaGraciella Rwessa Samban
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763247254PIODERMA : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1691
<p><em>Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh staphylococcus aureus, streptococcus atau oleh keduanya. Staphylococcus aureus adalah kuman yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Pioderma terbagi menjadi dua jenis, yaitu pioderma primer dan sekunder. Pioderma umumnya menyerang anggota tubuh bagian bawah, kepala, dan leher dan umum terjadi pada kelompok usia anak-anak. Predileksi dari penyakit ini pada daerah wajah, area sekitar hidung dan mulut dimana hal ini dikarenakan daerah tersebut merupakan sumber infeksi. Meningkatnya resistensi antibiotik menghambat penanganan kasus-kasus tersebut secara efektif. Obat yang lebih manjur sebaiknya tidak digunakan untuk bakteri yang rentan karena dapat menyebabkan penyebaran resistensi antibiotik.</em></p>Agung SeptantoM. SabirRahmaHaerani Harun
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763255259PROLAPS TALI PUSAT DENGAN KEMATIAN JANIN : SEBUAH LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1692
<p><strong><em>Pendahuluan:</em></strong><em> Prolaps tali pusat merupakan kasus kegawatdaruratan obstetrik yang sulit diprediksi dengan insidensi kasus sekitar 1 sampai 6 per 1000 kehamilan. Prolaps tali pusat yaitu tali pusat yang berada di bawah leher serviks dengan selaput ketuban yang pecah atau selaput ketuban yang utuh. Faktor resiko prolaps tali pusat antara lain malpresentasi janin atau letak abnormal, prematuritas, berat janin kurang dari 2500 g, multiparitas, polihidramnion, tali pusat yang sepanjang lebih dari 75 cm, plasenta abnormal dan insersi tali pusat.</em></p> <p><strong><em>Laporan Kasus:</em></strong><em> Laporan kasus ini menjelaskan tentang wanita berusia 23 tahun dengan G2P1A0 dari Puskesmas Tompe dengan keluhan nyeri perut tembus belakang yang dialami sejak 1 hari yang lalu. Kemudian, pasien dirujuk ke rumah sakit dengan kondisi uterus membesar, portio teraba lunak, pembukaan lengkap, tampak tali pusat menggantung di depan vulva berwarna kehitaman, tidak ada denyutan tali pusat, tidak ada pelepasan darah dan lendir. Sehingga dilakukan persalinan normal pada pasien, namun janin yang dilahirkan dalam kondisi meninggal.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan:</em></strong><em> Prolaps tali pusat dalam kasus multiparitas dan disporposi tulang panggil ibu dapat menyebabkan kematian pada janin.</em></p>Thalia Laurent LumentutI Putu Ferry Immanuel WhiteRosa Dwi Wahyuni
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763255259FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SCHISTOSOMIASIS DI LEMBAH NAPU
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1693
<p><strong><em>Latar Belakang: </em></strong><em>Schistosomiasis</em><em> merupakan suatu penyakit yang bersifat akut dan kronis yang diakibatkan oleh parasit darah (Trematoda) yang berasal dari genus Schistosoma. </em><em>Schistosomiasis</em><em> di Indonesia disebabkan oleh jenis cacing Schistosoma japonicum, yang memiliki hospes perantara yaitu keong Oncomelania hupensis lindoensis.</em> <em>Prevalensi penyakit ini terbatas hanya di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya di dataran tinggi Napu. Keong Oncomelania hupensis lindoensis ditemukan di tempat yang disebut fokus (focus). Fokus adalah daerah yang lembab dan tidak kering yang berada di daerah endemis.</em> <em>Semakin dekat jarak suatu tempat tinggal khususnya yang tinggal di daerah endemis menyebabkan seseorang mudah terinfeksi, </em></p> <p><strong><em>Tujuan: </em></strong><em>Untuk mengetahui faktor risiko jarak rumah dengan lokasi fokus keong, jenis pekerjaan dan jenis kelamin terhadap kejadian Schistosomiasis di Lembah Napu.</em></p> <p><strong><em>Metode:</em></strong><em> Jenis penelitian studi case control dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kontrol berdasarkan status paparannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga di Desa Alitupu, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sampel didapatkan menggunakan teknik</em><em> random sampling yang diambil secara acak dari total populasi. </em><em>Berdasarkan rumus penentuan besar sampel, maka besar sampel secara keseluruhan adalah 50 orang. Analisis data yang digunakan adalah </em><em>uji Chi-Square.</em></p> <p><strong><em>Hasil: </em></strong><em>Hubungan jarak rumah dengan kejadian Schistosomiasis memiliki nilai p sebesar 0,024 </em><em>dan o</em><em>dd ratio sebesar </em><em>1,4, hubungan pekerjaan dengan kejadian Schistosomiasis memiliki nilai p sebesar 0,01 dan odd ratio sebesar 2,7, serta hubungan jenis kelamin dengan kejadian Schistosomiasis memiliki nilai p sebesar 0,25 dan odd ratio sebesar 1,9.</em></p> <p><strong><em>Kesimpulan: </em></strong><em>Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Schistosomiasis yaitu jarak rumah dan pekerjaan sedangkan jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan kejadian Schistosomiasis.</em></p>Fikri Al Akbar Warsito PutraVera Diana TowidjojoDevi OktavianiNur Syamsi
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763260264SIRENOMELIA : SEBUAH LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1695
<p><strong><em>Pendahuluan : </em></strong><em>Sirenomelia (sindrom putri duyung) adalah anomali janin bawaan yang langka, di mana bayi yang baru lahir lahir dengan kaki yang menyatu dan menampilkan penampilan seperti putri duyung.</em><em> ini adalah kelainan bawaan yang langka dan fatal dengan tingkat kejadian 0,8-4 per 60.000 hingga 100.000 kehamilan. Berdasarkan jenis fusi, sirenomelia diklasifikasikan sebagai sympus dipus atau simetri, sympus monopus atau uromelia, dan sympus apus atau sirenomelia. prognosis ditentukan oleh fungsi ginjal dan luasnya fusi rangka ekstremitas bawah. Perawatan melibatkan pendekatan multidisiplin untuk memperbaiki berbagai kelainan bawaan yang mungkin ada.</em></p>Nur YusriHerdhana SuwartonoRahmaRia Sulistiana
Copyright (c) 2024 Jurnal Medical Profession (Medpro)
2024-12-072024-12-0763265271