Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro
<p align="justify"><strong><img style="float: left; width: 190px; margin-top: 8px; margin-right: 10px;" src="https://jurnal.fk.untad.ac.id/public/site/images/admin/medpro.png" height="264" /></strong></p> <p align="justify"><strong><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">Jurnal Medical Profession (Medpro) </span></span></strong><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">adalah </span></span><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">p</span></span>eer-reviewed jurnal dalam bidang Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang menerbitkan artikel penelitian, literature review dan laporan kasus. Jurnal MedPro mencakup Ilmu Kedokteran, Ilmu Biomedis, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Management dan Pelayanan Kesehatan, Asuransi Kesehatan, Kebidanan, Keperawatan dan bidang kesehatan lainnya.</p> <p align="justify">Dikelolah oleh Fakultas Kedokteran dengan Penerbit Universitas Tadulako. <a href="http://u.lipi.go.id/1542958954" target="_blank" rel="noopener">P-ISSN: <span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">2656-761X</span></span></a> and <a href="http://u.lipi.go.id/1542958954" target="_blank" rel="noopener">e-ISSN </a><a style="text-decoration: NONE;" href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&&&&&2655-7584" target="baru">2655-7584</a>.</p> <p align="justify"><strong><span style="font-family: helvetica; font-size: small;"><span style="font-family: helvetica; font-size: medium;">Jurnal Medical Profession (Medpro)</span></span> </strong>terbit 4 kali dalam setahun.</p>en-USredaksi.medpro@gmail.com (Nasir)redaksi.medpro@gmail.com (Admin)Tue, 27 May 2025 05:36:17 +0000OJS 3.2.1.0http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss60NUMULAR DERMATITIS: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1895
<p><em>Dermatitis numular atau eksim numular adalah peradangan pada kulit </em><em>dengan lesi yang</em><em> </em><em>berbentuk oval atau koin dengan </em><em>batas yang tegas. </em><em>Staphylococcus</em><em>, </em><em>micrococcus</em><em>, </em><em>dan trauma fisik </em><em>diduga ikut berperan</em><em> dalam kejadian dermatitis numular. Dilaporkan satu kasus dermatitis numular pada lengan kiri seorang pria berusia 50 tahun. A</em><em>walnya</em> <em>hanya memar sehabis di cubit, lama kelamaan berubah warn</em><em>a menjadi kemerahan </em><em>yang diikuti munculnya bintil bintil kecil berkelompok dan berisi cairan</em><em>. Pada pemeriksaan fisik di temukan lesi berupa plak eritem berbentuk koin (Numular), dengan papulovesikel yang berbatas tegas beserta skuama tipis.</em></p>Freastyella Fatima Putri, M. Sabir, Muhammad Nasir, Asrawati Sofyan, Vera Diana Towidjojo
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1895Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000TATALAKSANA DEFINITIF PADA ATRESIA ANI : A CASE REPORT
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1896
<p><strong>Pendahuluan :</strong> Atresia ani adalah malformasi kongenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar. Terjadinya kasus atresia ani karena adanya kelainan kongenital dimana saat proses perkembangan embrionik tidak sempurna pada proses pembentukan anus dan rectum. Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi lahir. Prinsip penatalaksanaan pada atresia ani berpusat pada penentuan klasifikasinya, yaitu anomali letak tinggi atau letak rendah, ada atau tidak adanya fistula.</p> <p><strong>Laporan Kasus : </strong> Laporan kasus ini tentang seorang bayi laki-laki usia 3 hari dengan keluhan tidak memiliki anus sejak lahir. Kondisi ini ditemukan oleh bidan setelah bayi dilahirkan. Pasien lahir cukup bulan melalui operasi section caesarea dengan berat badan lahir 3230 gram dan panjang badan lahir 47 cm.</p> <p><strong>Kesimpulan :</strong> Laporan kasus ini menunjukkan tatalaksana definitif awal dengan kolostomi dalam kasus atresia ani pada bayi kurang dari 3 bulan memberikan perbaikan klinis sebelum dilakukan tatalaksana lanjutan.</p>Siti Rahmatiyah Abdullah, Muhammad Ardi Munir, Amirah Basry, A. Donny Tandiarrang
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1896Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000TATALAKSANA GAGAL JANTUNG AKUT PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG HIPERTENSI : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1897
<p><strong>Latar belakang : </strong>Perkembangan hipertensi menjadi hipertrofi ventrikel kiri merupakan langkah penting patofisiologi menuju gagal jantung akut. Profil hemodinamik pasien gagal jantung akut harus segera diidentifikasi untuk menentukan tata laksana spesifik.</p> <p><strong>Laporan kasus : </strong>Pasien perempuan usia 57 tahun keluhan utama sesak nafas memberat 1 hari terakhir. Sesak dirasakan saat beraktivitas, berbaring dan tidur pada malam hari. Sebelumnya pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan mengonsumsi obat Amlodipin 10 mg dengan pengobatan yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan elektrokardiografi ditemukan sinus takikardi, heart rate 107 x/menit dan poor r wave progression. Pada pemeriksaan foto thorax AP ditemukan kardiomegali dan edema paru. Tatalaksana awal (Oksigen 10 lpm, cairan NaCl 0,9% 20 tpm, Furosemid drips, Cedocard, Omeprazole, Nebu Combivent) dan tatalaksana lanjutan (Oksigen 15 lpm, cairan NaCl 0,9% 16 tpm, Amlodipin, Valsartan, Furosemid drips, ISDN, Omeprazole, V Blok dan Digoxin).</p> <p><strong>Kesimpulan : </strong>Gagal jantung akut merupakan kondisi mengancam nyawa. Oksigenasi, diuretik, antihipertensi, dan terapi simptomatik diberikan sebagai tatalaksana gagal jantung akut. Keefektifan dari penanganan terapi ditentukan oleh kepatuhan pasien. Kepatuhan yang rendah terhadap pengobatan akan menimbulkan komplikasi bagi pasien di kemudian hari.</p>Nadya Mangasi Sitau Tombi, Hasanuddin, Tri Setyawati
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1897Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000TERAPI NON BEDAH PADA PASIEN ULKUS KORNEA DAN PROLAPS IRIS OCULI SINISTRA ET CAUSA TRAUMA TUMPUL: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1898
Selfi Ana Sari, Muhammad Ardi Munir, Sofyan Bungalo, Jenny Sampe
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1898Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000NEVUS OTA: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1899
<p><strong>Pendahuluan:</strong> Nevus Ota adalah melanositosis dermal yang awalnya dijelaskan oleh Ota dan Tanino pada tahun 1939. Nevus Ota lebih sering terjadi pada orang Asia dan Afrika-Amerika dan lima kali lebih sering terjadi pada wanita.</p> <p><strong>Deskripsi Kasus:</strong> Pasien perempuan usia 20 tahun dengan keluhan bercak hitam kebiruan yang muncul sejak usia 9 tahun, bercak awalnya muncul di mata kanan kemudian muncul di wajah sisi kanan seiring berjalannya waktu bercak semakin banyak dan meluas. Status dermatologis didapatkan adanya makula hiperpigmentasi berwarna hitam kebiruan pada area zigomatik menyebar hingga regio temporal. Tampak pigmentasi episklera di okuli dextra. Pada pasien ini diberikan terapi Vitamin C 250mg 2x1 serta terapi topikal menggunakan <em>Betamethasone valerate</em> dan <em>Centella asiatica 1%.</em> Pasien dianjurkan untuk terapi laser.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Nevus Ota merupakan melanositosis dermal yang bersifat jinak. Pengobatan lini pertama yaitu dengan terapi laser. Komplikasi keganasan jarang namun risiko keganasan paling tinggi pada pasien kulit putih.</p>Ika Wildana Amalia, Asrawati Sofyan, Ary Anggara
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1899Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000TATALAKSANA PEMBERIAN ANTIPLATELET PADA PASIEN ACS STEMI : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1900
<p><strong>Latar belakang</strong> : Penanganan segera pasien <em>Acute Coronary Syndrome</em> (ACS) dengan elevasi segmen ST dapat mengurangi mortalitas dan kejadian <em>Major Adverse Cardiac Event</em> (MACE). Terapi antiplatelet yang diberikan pada fase awal menurunkan mortalitas vaskuler dan mempertahankan patensi arteri coroner.</p> <p><strong>Laporan Kasus</strong>: Laki-laki berusia 43 tahun datang ke RSUD Undata dengan keluhan utama nyeri dada yang dirasakan seperti diremas dan menjalar hingga ke punggung sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan lain adanya rasa terbakar pada tenggorokkan, nyeri pada ulu hati, jantung berdebar, lemas, nyeri kepala, keringat dingin serta mual. Pasien memiliki riwayat Hipertensi dan Diabetes mellitus. Pemeriksaan jantung didapatkan suara jantung tambahan gallop dan gambaran EKG elevasi segmen ST di <em>lead </em>I, aVL, dan V2-V6.</p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: Pemberian terapi kombinasi aspirin dan clopidogrel menjadi pilihan pertama yang sering digunakan dalam penanganan pasien Sindrom Koroner Akut dengan elevasi Segmen ST. Terapi kombinasi ini memberikan hasil yang lebih baik daripada pemberian terapi dengan <em>single dose</em>.</p>Sonia Sasmita Ibrahim, Hasanuddin, Tri Setyawati, Imtihanah Amri
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1900Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000REAKSI KUSTA DAN KECACATAN DERAJAT II PADA PASIEN MORBUS HANSEN TIPE MULTIBASILER: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1902
<p><strong>Pendahuluan: </strong>Mycobacterium leprae merupakan penyakit infeksi yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya, seperti mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis yang dapat menyebabkan kecacatan permanen. Total kecacatan tingkat 2 akibat reaksi kusta pada tahun 2011 mencapai 2.025 penduduk.</p> <p><strong>Laporan Kasus: </strong>Laporan ini memaparkan kasus pasien laki-laki usia 41 tahun dengan morbus hansen tipe multibasiler disertai kecacatan derajat 2 pada ekstremitas atas dan bawah akibat reaksi kusta.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong>Keterlambatan dalam berobat dan riwayat putus pengobatan kusta sangat mungkin menyebabkan cacat tingkat 2 yang disebabkan oleh reaksi kusta.</p>Suci Indar Pratiwi1, Vera Diana Towidjojo, Mayabi Pratika, Fauziah Agni
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1902Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000FOLIKULITIS : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1908
<h1>Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut yang disebabkan oleh infeksi, rangsangan kimia, atau cedera fisik. Etiologi folikulitis beragam, termasuk folikulitis oklusi akibat penyumbatan akibat paparan produk topikal yang menghalangi pembukaan folikel rambut sehingga menyebabkan peradangan, dan folikulitis Malassezia, yang disebabkan oleh Malassezia furfur (juga dikenal sebagai Pityrosporum ovale) dan muncul sebagai papula merah yang gatal di dada, bahu, atau punggung. Yang menarik dari tinjauan ini adalah folikulitis bakterial, yang merupakan infeksi bakteri di dalam folikel rambut yang biasanya muncul sebagai pembengkakan merah dengan atau tanpa pustula di atas lubang folikel. Tanpa pengobatan, folikulitis bakterial dapat hilang dalam tujuh hingga 10 hari atau dapat berkembang menjadi bisul; untuk beberapa kasus folikulitis, terutama yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus, antibiotik oral dapat diberikan selama tujuh hingga 10 hari.</h1>Laurents Christovel Iban Demen, Nur Hidayat, Muhammad Nasir, Ary Anggara
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1908Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000HERPES LABIALIS : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1903
<p><strong>Pendahuluan :</strong> Herpes Labialis adalah bentuk herpes orofasial yang paling sering terjadi diawali dengan rasa bentukan vesikel pada batas vermilion bibir dan daerah sekitarnya dalam waktu 24 jam kemudian pecah, terjadi erosi superfisial yang kemudian ditutupi krusta. Herpes Labialis terjadi pada 50 -75% individu yang terkena infesi HSV-1 di rongga mulut dan sering mengalami kekambuhan dengan diikuti gejala prodromal berupa demam, sakit kepala, malaise, dan muntah disertai rasa tidak nyaman di mulut.</p> <p><strong>Laporan Kasus : </strong>Seorang Perempuan usia 72 tahun datang dengan keluhan muncul bintil-bintil berair pada daerah bibir, dagu dan pipi sebelah kanan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya pasien merasakan bibir bagian bawah terasa lebih tebal dibandingkan bibir bagian lainnya yang kemudian menjadi merah dan disertai nyeri dan gatal. Setelah itu mulai muncul bintil-bintil yang bertambah banyak terlihat bergerombol dan berisi cairan didalamnya. Pasien sempat mengalami demam, namun sudah membaik dengan minum Paracetamol. Pasien mengatakan bintil-bintil yang muncul serta rasa gatal dan nyeri yang dialaminya membuat pasien kesulitan untuk makan dan berbicara.</p> <p><strong>Kesimpulan : </strong>Herpes simpleks merupakan infeksi virus yang ditandai dengan adanya lesi primer terlokalisir, laten dan adanya kecenderungan untuk kambuh kembali. HSV tipe 1 sering menyebabkan lesi di daerah orofasial dan ditularkan melalui kontak non seksual. Penatalaksanaan pada kasus Herpes Labialis dengan menggunakan Drugs Antiviral Therapy seperti Acyclovir. Penatalaksanaan yang tepat dan cepat akan memberikan prognosis yang baik.</p>Elsa Ananda Alfiany, M. Sabir, Rahma, Imtihanah Amri
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1903Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000KATARAK AKIBAT TRAUMA OKULAR : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1904
<p><strong>Pendahuluan : </strong>Trauma okular merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan. Trauma okular dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul, trauma kimia dan trauma termal. Trauma okular dapat menyebabkan katarak yang disebut katarak traumatik. Katarak traumatik merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi oleh trauma. Hingga 65% trauma mata menyebabkan pembentukan katarak, yang mengakibatkan hilangnya penglihatan jangka pendek dan jangka panjang secara signifikan. Katarak traumatik dapat terjadi secara akut atau berkembang perlahan seiring berjalannya waktu, seperti pada kasus berikut. Pemilihan tatalaksana yang cepat dan tepat dapat membantu meningkatkan ketajaman penglihatan.</p> <p><strong>Laporan Kasus :</strong> Laporan kasus ini menjelaskan pasien 54 tahun dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kiri akibat terkena tutup botol saat sedang membuka botol sprite kaca sekitar 6 bulan lalu. Pemeriksaan menggunakan <em>slit lamp</em> terdapat kelainan yaitu tampak kekeruhan pada lensa oculi sinistra, yang berbentuk roset (<em>rossete cataract</em>). Pasien ini didiagnosis katarak traumatik dan direncanakan tindakan ekstraksi katarak.</p> <p><strong>Kesimpulan : </strong>Trauma okular dapat menyebabkan katarak yang disebut katarak traumatic dengan gambaran khas pada <em>slit lamp</em> berbentuk roset (<em>rossete cataract</em>).</p>Dea Alifiah, Christin Roni Nayoan, Rahma Badaruddin, Muh. Zainul Ramadhan
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1904Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000CORPUS ALIENUM ESOFAGUS: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1905
<p><strong>Pendahuluan: </strong>Benda asing dalam esofagus dapat menyebabkan keadaan yang berbahaya seperti penyumbatan dan penekanan jalan nafas. Gejala yang dapat muncul antara lain sulit menelan (disfagia), nyeri saat menelan (odinofagia), serta sulit bernafas (dispneu) apabila terjadi penekanan trakea oleh benda asing. Benda asing di esofagus dapat berupa benda, bagian makanan atau agen korosif yang tertelan yang mengakibatkan perlukaan esofagus. Benda asing esofagus sebagian besar terjadi pada anak dengan persentase 75% sampai 85% setiap tahun.</p> <p><strong>Laporan kasus:</strong> Seorang anak perempuan berusia 5 tahun masuk rumah sakit dengan riwayat menelan koin 1000 kurang lebih 1 jam sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan autoanamnesis pasien mengeluhkan nyeri pada tenggorokan. keluhan lain yang di alami pasien seperti mual, sulit menelan, sakit saat menelan, Ada rasa sumbatan di leher.</p> <p><strong>Kesimpulan:</strong> Pasien didiagnosis dengan corpus alienum. Faktor yang berperan dalam tingginya insiden benda asing pada anak adalah kurangnya perhatian dan pengawasan orang tua. Pasien diberikan penanganan berupa pemberian terapi cairan ringer laktat dan obat paracetamol drips serta tindakan esofagoskopi kaku (<em>rigid esophagoscopy/RE)</em>.</p>Ni Made Mela Duiyanti, Bastiana, Christin Roni Nayoan, Suldiah, Nyoman Sumiati
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1905Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000MORTALITAS PASIEN FOURNIER GANGRENE DENGAN SEPSIS DAN DISFUNGSI MULTI-ORGAN FULMINANT: LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1906
<p><strong>Pendahuluan:</strong> <em>Fournier’s gangrene </em>merupakan fasciitis nekrotikan yang berlokasi pada area genital, perineum dan perianal. Penyakit ini bersifat akut, agresif, dan berkembang pesat, dengan angka mortalitas yang tinggi.</p> <p><strong>Laporan Kasus : </strong>Laporan kasus ini menjelaskan tentang pasien laki-laki usia 35 tahun yang mengalami <em>Fournier Gangrene</em>. Pada anamnesis pasien mengeluh nyeri pada scrotum dan scrotum yang membesar, keluhan diawali oleh benjolan yang nyeri di bagian anal disertai demam selama 1 minggu. Pemeriksaan status lokalis, didapatkan scrotum tampak edema, eritema, tampak jaringan nekrotik, teraba hangat, dan krepitasi. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, dan terdapat peningkatan pada kadar ureum, kreatinin, SGOT, SGPT. Dilakukan tindakan pembedahan yaitu debridement cito, kondisi pasien memburuk saat dilakukan pembedahan dan pasien meninggal dunia 2 jam pasca operasi di ruang ICU.</p> <p><strong>Kesimpulan: </strong><em>Fournier’s Gangrene</em> merupakan penyakit yang sangat agresif dan memiliki angka mortalitas yang tinggi. Laporan kasus ini menunjukkan bahwa kematian pada pasien ini disebabkan karena sepsis, syok sepsis dan <em>disfungsi multi-organ fulminant</em>. Sifat agresif dari infeksi ini mendukung perlunya pengenalan dini sehingga memungkinkan dilakukannya intervensi bedah segera dan mencegah terjadinya komplikasi.</p>Melinnia Yulanda, Budi Dharmono Tulaka, Ayu Sekarani, Amirah Basry
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1906Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000MULTIPLE TOFUS RECCURENT DENGAN ULCER DAN KOMORBID CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) : LAPORAN KASUS
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1907
<p><em>Multiple Tofus </em>merupakan endapan kristal <em>Artritis gout</em> di jaringan dermal dan subdermal yang terjadi di tempat atau lokasi tubuh lain yang muncul pada penderita <em>gout</em> kronis yang tidak diobati dan tidak terkontrol. Insiden <em>Tofus</em> dilaporkan sekitar 13% pada pasien dengan <em>Artritis gout</em> kronik. Kami melaporkan pasien laki-laki usia 41 tahun dengan keluhan nyeri pada cruris dextra dan sinistra sejak ± 2 minggu disertai benjolan yang terasa keras dan dolor, kemudian benjolannya pecah mengeluarkan cairan putih disertai darah. Hasil laboratorium menunjukkan kondisi hiperuresemia, anemia, <em>Stage 4 Chronic Kidney Disease</em> dan hypoalbuminemia. Pada pasien telah diberikan terapi farmakologi. Artikel ini menjelaskan mekanisme perjalan penyakit <em>Artritis gout</em> yang menyebabkan <em>multiple Tofus</em> pada pasien <em>Chronic Kidney Disease</em> dan pilihan pegobatan.</p>Resky Gau, Junjun Fitriani, Haerani Harun, Rosa Dwi Wahyuni, Jenny Sampe
Copyright (c) 2025 Jurnal Medical Profession (Medpro)
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/medpro/article/view/1907Tue, 27 May 2025 00:00:00 +0000