GAMBARAN PROFIL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KULIT PADA WARGA YANG TINGGAL DI SEKITAR AREA PLTU, KOTA PALU, INDONESIA
DOI:
https://doi.org/10.22487/htj.v5i3.128Keywords:
Profil, Insidensi, penyakit kulit, pembangkit listrik tenaga uap, panauAbstract
Operasi pembangkit listrik dan kondisi iklim tertentu diduga menyebabkan fly ash, salah satu polutan yang dihasilkan oleh pembangkit listrik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit kulit terhadap orang-orang yang tinggal di dekat pembangkit listrik tenaga batu bara Panau, Palu. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan untuk orang dengan penyakit kulit dengan menggunakan teknik penyakit tetap, meskipun untuk orang tanpa penyakit kulit dengan menggunakan teknik purposive sampling. Korelasi Chi-Square digunakan untuk mengetahui hubungan dan untuk menguji hipotesis antar variabel. Di antara 100 rumah tangga penduduk desa Panau, ada 20 orang dengan penyakit kulit yang bermanifestasi sebagai dermatitis kontak alergi (7 orang),infeksi jamur (5 orang), dermatitis iritan kontak (3 orang), dermatitis nummular (1),dermatitis seborrhoic (1), varicella (1 orang), pruritus senilis (1). Berdasarkan pemeriksaan Chi-Square yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit kulit, ditemukan bahwa kebersihan pribadi (p=0,038), riwayat pekerjaan (p=0,705), periode perumahan (p=1,00), rumah jarak dari Panau Power Plant (p=0,053) dan riwayat alergi (p=0,048). Kebersihan pribadi dan riwayat alergi sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit kulit terhadap orang yang tinggal di dekat pembangkit listrik tenaga uap Panau, Palu, Indonesia.
References
Bidang Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik. SULAWESI TENGAH DALAM ANGKA 2017.
Available on http://sulteng.bps.go.id/endback/pdf_publikasi/Sulawesi-Tengah-Dalam-Angka-2017.pdf
Puskesmas Tawaeli Dinas Kesehatan Kota Palu. Laporan SP2TP tahun 2007-2017. Palu : Puskesmas Tawaeli. 2015.
Harahap. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. 2010.
Mulyaningsih R. Faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian dermatitis kontak pada karyawan salon. Semarang : Universitas Diponogoro. 2005.
Tim Cunliffe. Dermatologi Dasar untuk Praktik klinik.. Jakarta: EGC. 2010.
Havlickova B, Czaika VA, Friedrich M. Epidemiological Trends in Skin Mycoses Worlwide. Journal Compilation 2008;51(4):2-15. 7. Gauchan E, Kumar A, Bk G, Thapa P, Pun J. Relation of Sociodemographics and Personal Hygiene on Different Childhood Dermatoses. Kathmandu Univ Med J (KUMJ).2015;13(49):29-33.
Lisha JJ, Sharfaa A, Fiza A, Mohieddin K, Naik M, Haitham D,et al. Prevalence of Allergies among University Students: A Study from Ajman, United Arab Emirates. ISRN Allergy. 2014, Article ID 502052.
Kijima A, Murota H, Takahashi A, Arase N, Yang L, Nishioka M et al. Prevalence and Impact of Past History of Food Allergy in Atopic Dermatitis. Allergol Int. 2013;62(1):105-12 10. Elsner P, Schliemann S. The notion of occupational skin disease. Medical and legal aspects. 2015;66(3):184-8. 11. Kartik R Shah and Rajnarayan R Tiwari. Occupational Skin Problems In Construction Workers. Indian J Dermatol. 2010;55(4): 348–351.
National Institute of Occupational Safety Hazards (NIOSH), 2006. Occupational and Environmental Exposure of Skin to Chemic. Ayu Sekarani Damana Putri :29-37 37
http://www.mines.edu/outreach/oeesc. Accessed 2006.
Plombom GY. Epidemiological analysis of occupational dermatitis notified in Brazil in the period 2007 to 2012. An. Bras. Dermatol. 2016;91(6):732-736.