Psikoedukasi Keluarga dalam Pengasuhan Anak Sindrom Asperger di Daycare RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keywords:
Anak, Sindrom Asperger, Psikoedukasi keluargaAbstract
Pendahuluan : Sindrom Asperger ditandai dengan gangguan interaksi sosial, pola perilaku, perhatian, aktivitas terbatas yang berulang, stereotipik dan tidak ada keterlambatan dalam perkembangan berbahasa/kognitif. Parenting self efficacy merupakan penilaian orang tua terhadap kompetensi dirinya dalam peran sebagai orang tua atau persepsi orang tua.
Tujuan : Melaporkan kasus Sindrom Asperger pada anak dan psikoedukasi keluarga.
Laporan Kasus : Kasus seorang anak laki-laki usia 5 tahun dengan gejala Sindrom Asperger.
Hasil : Anak laki-laki, umur 5 tahun, Islam, suku Jawa, Paud, berasal dari Surabaya, datang ke poliklinik daycare diantar oleh ibunya dengan keluhan belum bisa berkomunikasi dua arah, senang bermain sendiri, sukar bergaul dengan teman sebaya. Pasien menangis menjerit-jerit bila berada di tempat yang baru, selalu ingin pulang, sering mengatakan pipis bila diajak berkomunikasi, menangis, berusaha melepas celananya, tidak bisa tenang, menarik dan melempar barang-barang disekitarnya. Di sekolah, anak sulit bergaul dan bermain dengan temannya, menyendiri, sering keluar rumah untuk melihat mobil-mobil yang lewat. Pasien sangat hafal dengan jenis dan nama mobil serta mengatur mainannya dengan berjejer. Pasien bisa menyebutkan huruf, warna, nama binatang dalam bahasa inggris dan mahir berhitung. Dilakukan penanganan rawat jalan di poliklinik daycare dengan terapi perilaku dengan metode ABA; farmakoterapi dan psikoedukasi keluarga tentang diet, pola pengasuhan dan stimulasi.
Kesimpulan : Penanganan yang menyeluruh terutama psikoedukasi pada keluarga sangat mempengaruhi perkembangan pasien. Pasien dengan gangguan interaksi sosial namun memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan anak seusianya, bila mendapat pengasuhan yang optimal. Perbaikan ditunjukkan dengan perubahan nilai CARS awal 40, setelah diterapi CARS : 26, CARS terakhir : 20, test IQ : 90.