EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) SEBAGAI ANTIFUNGI TERHADAP MALASSEZIA furfur
Keywords:
aktivitas antifungi, esktrak biji asam jawa, Malassezia furfurAbstract
Jamur non-dermatofita, Malassezia furfur, yang menyebabkan penyakit Pityriasis versicolor, menjadi masalah di Indonesia karena adanya kemungkinan resistensi. Antijamur alami dapat menjadi solusi pengobatan baru. Biji asam jawa (Tamarindus indica Linn.) diketahui mengandung senyawa bioaktif alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, terpenoid, dan fenol yang berpotensi sebagai antijamur. Tujuan studi ini untuk menguji efektivitas ekstrak biji asam jawa sebagai agen antifungi terhadap pertumbuhan Malassezia furfur secara in vitro dengan metode eksperimental dan desain post test only control group. Ekstraksi etanol biji asam jawa dibuat dengan metode maserasi dan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%. Ketokonazol 2% berperan sebagai kontrol positif, sedangkan DMSO berperan sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan pada media Saboraud Dextrose Agar (SDA) menggunakan metode difusi sumuran dan mengukur zona bening pada inkubasi 24 jam dan 48 jam. Analisis menggunakan uji Kruskall-Wallis menunjukkan adanya perbedaan daya hambat yang signifikan, selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Mann Whitney. Daya hambat yang dihasilkan tergolong sedang, kecuali pada konsentrasi 15% dan 20% pada inkubasi 24 jam yang tergolong kuat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan zona bening adalah konsentrasi ekstrak, jumlah senyawa metabolit sekunder, dan waktu inkubasi. Konsentrasi 15% pada inkubasi 24 jam merupakan konsentrasi yang paling efektif. Kemampuan ini berkaitan dengan senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antifungi.