KARAKTERISTIK BREEDING PLACES DAN PERTUMBUHAN LARVA AEDES Aegypti
DOI:
https://doi.org/10.22487/htj.v1i2.15Keywords:
Aedes aegypti, Densitas, breeding places, Air selokan, Air PDAMAbstract
Latar belakang: Program pencegahan DBD yang dijalankan pemerintah saat ini dianggap kurang
efektif. Hal ini ditandai dengan masih tingginya angka insiden kejadian di masyarakat yang masih cukup tinggi. Berdasarkan data jumlah kejadian penyakit DBD di kelurahan Tamamaung sebanyak 16 kasus.
Tujuan: Untuk mengetahui karakteristik Breeding places, densitas jentik serta pertumbuhan larva Aedes aegypti pada beberapa jenis air antara lain: air hujan, air sumur gali, air selokan dan air PAM.
Metode: Jenis Penelitian yang digunakan observasional dilapangan sedangkan untuk Pemeriksaan jenis air dengan metode quasy experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah warga di RW 06 Kelurahan Tamammaung sebanyak 98 rumah.. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji varian (ANOVA).
Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa Jenis bahan dasar TPA yang disukai Aedes aegypti yaitu
Gentong ditemukan sebanyak 77 (76,7%), Untuk jenis bahan dasar Non TPA yaitu jenis ban bekas yang berbahan dasar karet yaitu 8 (88,9%), kaleng bekas berbahan dasar logam/seng 5 (12,2%), dan yang paling sedikit pada tempat minum hewan bahan dasar plastik 4 (44,4%) Kepadatan Jentik Aedes aegypti Di Kelurahan Tamammaung yaitu House Index (HI) 34,7 DF (5=Sedang) Container Indeks (CI) 32,6,%, DF (8=Tinggi) dan Breteau Index (B) 168% DF(8=Tinggi). Larva Aedes aegypti paling banyak mati pada kelompok air PDAM (64%) dan mampu bertahan hidup lebih dari 6 hari pada Air selokan dengan persentase sebesar (82,8%), Total pertumbuhan larva menjadi pupa tertinggi terdapat pada air selokan dengan persentase sebesar (5,33%).
Kesimpulan: Sebaiknya masyarakat menggunakan jenis bahan TPA yang permukaannya halus licin dan mudah di bersihkan untuk keperluan sehari-hari, selain kurang disukai oleh nyamuk Aedes aegypti, bahan plastik mudah dibersihkan. Masyarakat dihimbau agar membuang tempat-tempat yang sudah tidak digunakan dan berpotensial menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti, seperti kaleng dan ban bekas yang berada di sekitar rumah