GAMBARAN ELEKTROENSEFALOGRAM PASIEN KEJANG PASCA STROKE (POST STROKE SEIZURE)

Authors

  • Fitriah Handayani Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
  • Susi Aulina Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

DOI:

https://doi.org/10.22487/htj.v3i2.45

Keywords:

PLEDs, post stroke seizure, profilaksis, stroke

Abstract

Stroke merupakan kondisi yang terjadi jika pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah. Stroke terjadi 16,9 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Kasus kejang
terjadi pada lebih 1/3 dari kasus stroke. Kejadian stroke berasosiasi dengan peningkatan insidens sebesar
23 – 35 kali lebih tinggi untuk terjadinya kejang. Post stroke seizure (PSS) merupakan episode konvulsi
yang terjadi baik tunggal atau multiple setelah stroke yang diperkirakan karena kerusakan otak yang
irreversible atau reversible. Sedangkan post stroke epilepsy adalah konvulsi setelah stroke yang terjadi
minimal 2 bangkitan tanpa provokasi dengan jarak antar bangkitan lebih dari 24 jam. Klasifikasi PSS
terbagi atas early post stroke seizure dimana kejang terjadi onset 2 minggu awal pasca stroke, dan late
(delayed) post stroke seizure jika kejang terjadi onset setelah 2 minggu pasca stroke. Gelombang
elekstroensefalografi (EEG) kejang pasca stroke yang paling sering ditemukan adalah generalized slow
wave, focal slowing, focal sharp and slow waves, periodic lateralized epileptiform discharges (PLEDs),
tetapi 5,1% pasien memiliki EEG normal. Pemberian anti konvulsan untuk mencegah kejang berulang
direkomendasikan oleh European Guideliness of The European Stroke Organization (Class I, Level A).
sedangkan pemberian profilaksis tidak direkomendasikan (Class IV, GCP).

Author Biographies

Fitriah Handayani, Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

Susi Aulina, Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Stroke merupakan kondisi yang terjadi jika pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah. Stroke terjadi 16,9 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Kasus kejang
terjadi pada lebih 1/3 dari kasus stroke. Kejadian stroke berasosiasi dengan peningkatan insidens sebesar
23 – 35 kali lebih tinggi untuk terjadinya kejang. Post stroke seizure (PSS) merupakan episode konvulsi
yang terjadi baik tunggal atau multiple setelah stroke yang diperkirakan karena kerusakan otak yang
irreversible atau reversible. Sedangkan post stroke epilepsy adalah konvulsi setelah stroke yang terjadi
minimal 2 bangkitan tanpa provokasi dengan jarak antar bangkitan lebih dari 24 jam. Klasifikasi PSS
terbagi atas early post stroke seizure dimana kejang terjadi onset 2 minggu awal pasca stroke, dan late
(delayed) post stroke seizure jika kejang terjadi onset setelah 2 minggu pasca stroke. Gelombang
elekstroensefalografi (EEG) kejang pasca stroke yang paling sering ditemukan adalah generalized slow
wave, focal slowing, focal sharp and slow waves, periodic lateralized epileptiform discharges (PLEDs),
tetapi 5,1% pasien memiliki EEG normal. Pemberian anti konvulsan untuk mencegah kejang berulang
direkomendasikan oleh European Guideliness of The European Stroke Organization (Class I, Level A).
sedangkan pemberian profilaksis tidak direkomendasikan (Class IV, GCP)

Downloads

Published

2020-11-26

How to Cite

Handayani, F., & Aulina, S. (2020). GAMBARAN ELEKTROENSEFALOGRAM PASIEN KEJANG PASCA STROKE (POST STROKE SEIZURE). Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako), 3(2), 1-8. https://doi.org/10.22487/htj.v3i2.45

Issue

Section

Articles