“FILARIASIS INFECTION IN AN ADULT WOMEN POST FOLLOW UP MASS DRUG ADMINISTRATION” (“INFEKSI FILARIASIS PADA SEORANG WANITA DEWASA PASCA KEGAGALAN TINDAK LANJUT PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL”)
Keywords:
Filariasis, Microfilaria;, Filariasis elimination;, MDA, POPMAbstract
Latar belakang: Filariasis (Lymphatic filariasis) akibat microfilaria adalah salah satu penyakit infeksi menular pada negara-negara tropis dunia, data WHO (World Health Organizaton) mencatat 1.103 juta orang di dunia menderita filariasis, dan diantaranya terdapat 632 juta kasus di Asia Tenggara. Indonesia dilaporkan terdapat lebih dari 12.677 penderita filariasis. Provinsi Sulawesi tengah pada tahun 2017 tercatat sebanyak 161 kasus filariasis yang menjadikan Sulawesi Tengah berada pada peringkat 17 kasus filariasis Indonesia. Pemerintah melakukan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) untuk memutus rantai penularan filariasis. Kegagalan dalam program ini dapat berpengaruh terhadap tingkat penularan filariasis.
Laporan kasus:Wanita dewasa datang dengan keluhan keram pada kaki kiri, terdapat pembengkakan pada kaki kiri sejak dua tahun yang lalu, keluhan yang sama juga dirasakan pada kaki kanannya sejak enam bulan.Empat tahun yang lalu, pasien mendapatkan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis sebanyak satu kali saja.Sebelumnya keluhan diawali demam yang hilang-timbul, mual, muntah dan sakit kepala selama dua bulan disertai rasa nyeri pada otot-otot kaki yang perlahan diikuti dengan pembengkakan pada paha kiri. Setelah dilakukan pemeriksaan survei darah jari (SDJ), ditemukan microfilaria, sehingga pasien didiagnosis dengan Lymphatic filariasis. Sejak terdiagnosa hingga saat ini, pasien masih belum mendapatkan pengobatan filariasis.
Kesimpulan: kegagalan tindak lanjut program POPM menyebabkan kemungkinanindividu tertular dan terinfeksi filariasis. Sehingga dirasa perlu untuk mengevaluasi pelaksanaan program POPM di Sulawesi Tengah.