Bahasa Isyarat Indonesia

Abstract

Manusia berinteraksi satu sama lain melalui komunikasi dalam bentuk bahasa secara
verbal tetapi tidak semua manusia dapat berkomunikasi secara verbal. Para penderita tunarungu dan
tunawicara menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi yang mengacu pada dua sistem yaitu
BISINDO (Berkenalan Dengan Sistem Isyarat Indonesia) dan SIBI (Sistem Isyarat Bahasa
Indonesia). Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Mursita (2015) diperoleh hasil bahwa
penyandang tunarungu kesulitan berkomunikasi menggunakan konsep SIBI, tetapi mengalami
kemudahan terhadap penggunaan BISINDO dalam komunikasi.
Tujuan : Untuk menambah pengetahuan mengenai bahasa isyarat Indosenia dan aplikasinya dalam
kehidupan.
Metode : Penelitian ini menggunakan kajian pustaka dengan menggunakan keyword “bahasa isyarat
Indonesia”, “tunarungu” dari database EBSCO dan Scopus yang memenuhi kriteria inklusi pada
rentang tahun 2012-2021.

Hasil : Abjad bahasa isyarat bisindo sama seperti bahasa indonesia yang berawalan dari A dan
berakhiran dengan Z. Abjad dalam bisindo lebih menggunakan dua tangan dan menghasilkan kode
atau isyarat abjad yang lebih jelas. Ada beberapa bahasa isyarat yang masih lazim digunakan dalam
berkomunikasi antara si komunikator (penutur) terhadap si penerima (komunikan), seperti:
mengangkat bahu (ketidaktahuan); mengacungkan ibu jari (persetujuan); ibu jari dan jari telunjuk
membentuk “O” (tidak khawatir); membentuk tanda “V” (kemenangan); menutup mulut (merasa
bersalah/berbohong); membentang kedua tangan (mengungkap kebenaran); bertepuk (kebahagiaan);
meletakkan jari di kepala (menghayal/sedih); mengacungkan ibu jari kiri/kanan (perintah kembali ke
awal); melambaikan tangan (hendak meninggalkan tempat); memasukkan tangan ke dalam mulut
(mengajak makan bersama).
Kesimpulan : Bahasa isyarat yang paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh
penyandang disabilitas Tuli adalah BISINDO karena mudah digunakan dalam pergaulan.